Kelainan Irama Jantung saat berolahraga bisa saja terjadi pada setiap orang. Tidak hanya atlet, tetapi masyarakat awam juga berpotensi untuk mengalami kondisi tersebut.
Dikutip dari Antara, dr. Donny Yugo Hermanto Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita mengatakan pemeriksaan khusus perlu dilakukan pada orang yang berisiko tinggi mengalami henti jantung.
Menurutnya orang yang beresiko tinggi tersebut umumnya mengalami keluhan pandangan gelap, berdebar, pingsan, mendadak dan riwayat meninggal mendadak pada keluarganya.
Setiap orang berolahraga, kata dia, memperhatikan kapasitas atau kemampuan jantung menjadi aspek yang cukup penting. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan Cardiopulmonary Exercise Testing (CPET) yang tersedia di beberapa rumah sakit.
Selain itu, saat olahraga dapat juga dilakukan pengecekan laju nadi dengan menghitung nilai Age-Predicted Maximal Heart Rate (APMHR).
“Nilai APMHR dapat dihitung dengan rumus 220 dikurang jumlah usia. Bila laju nadi sudah melebihi APMHR artinya jantung dalam kapasitas maksimalnya. Namun, penilaian yang paling baik tetap dengan menggunakan CPET,” jelas Donny.
Hal tersebut juga disampaikannya, merujuk pada kasus kematian Zhang Zhi Jie atlet pebulu tangkis tunggal putra China yang meninggal dunia saat pertandingan BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di Yogyakarta pada, Minggu (30/6/2024) malam lalu.
BACA JUGA: Warga Rungkut Meninggal Mendadak saat Joging di Jalan Bubutan Surabaya
BACA JUGA: Pebulu Tangkis China Meninggal Setelah Pingsan Saat Berlaga di BAJC Yogyakarta
Alumnus Spesialis dan Pembuluh Darah dari Universitas Indonesia itu menambahkan, pada saat berolahraga, perlu mewaspadai keluhan-keluhan seperti kelelahan berlebih, nyeri dada, sesak napas, dan pandangan gelap seperti mau pingsan.
Selain itu jika ada seseorang di sekitar yang mengalami henti jantung, Donny menyarankan untuk melakukan upaya bantuan keselamatan dengan urutan cek kesadaran.
“Panggil bantuan, cek nadi di leher selama lima sampai 10 detik, dan bila tidak ada nadi terasa maka bisa diberikan pijatan jantung dengan kecepatan 100 kali per menit,” katanya.
Adapun pelatihan bantuan hidup dasar tersebut dapat diakses dan dipelajari melalui beberapa provider seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) yang memiliki kegiatan pelatihan kepada awam secara rutin. (ant/ala/bil)